Penulis: Abiet Sabariang
Editor: Dwi NR
Teknologi Circular Economy mampu mengeliminasi 80 persen sampah, sehingga sampah tidak sampai ke TPA. Bahkan, di pilot project ini, 10 ton sampah tiap hari bakal diubah menjadi briket subtitusi batu bara untuk industri.
PEMERINTAH Kota (Pemkot) Tegal dan Yayasan Kelola Sampah Indonesia (Yaksindo) melaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang Peningkatan Pengelolaan Sampah dan Lingkungan Hidup.
Penandatangan MoU dilakukan oleh Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono dengan Ketua Yaksindo Nara Ahirullah, Sekretaris Daerah Kota Tegal Johardi, dan kepala organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di Lingkungan Pemkot Tegal, secara virtual melalui aplikasi dalam jaringan (daring) di Command Room Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kota Tegal.
Hadir partisipan lain, Direktur Eksekutif Green Indonesia Foundation (GIF) Asrul Hoesein, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim, Owner PT Kemasan Ciptatama Sempurna (KCS) Wahyudi Sulistya, dan Presiden Direktur PT Trinseo Materials Indonesia Hanggara Sukandar.
Melalui penandatanganan MoU ini, Kota Tegal akan menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan program pilot project pengelolaan sampah end-to-end atau dari hulu ke hilir. Sebuah tata kelola sampah yang baik, dengan menerapkan circular economy, melalui sinergi dan kolaborasi dengan industri, komunitas, masyarakat, dan akademisi. Sebuah total solution permasalahan sampah dengan menerapkan tiga prinsip pengelolaan sampah, yaitu ketahanan energi, ketahanan pangan, dan konservasi lingkungan.
Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menyatakan, komitmen Pemkot Tegal terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan hidup yang merupakan permasalahan kompleks bagi hampir seluruh daerah, diwujudkan Kota Tegal dengan menjalankan Pasal 12 Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Mulai dari pengelolaan sampah di 21 TPS dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), serta pemanfaatan sampah kantong kresek untuk bahan baku sepatu dan kerajinan lainnya. Bahkan, jalan di komplek Balai Kota Tegal dibuat dari aspal yang dicampur dengan limbah plastik.
Wali Kota mengatakan, pendandatanganan MoU antara Pemkot Tegal dan Yaksindo sebagai bukti bahwa kedua belah pihak memiliki kesamaan pemahaman mengenai perlunya peningkatan pengelolaan sampah dan lingkungan yang berbasis circular economy atau ekonomi melingkar dan penerapan teknologi dalam pengolahan sampah.
“Kesepakatan tersebut menjadi pedoman para pihak dalam mempersiapkan kerjasama penerapan peningkatan pengelolaan sampah dan lingkungan hidup di Kota Tegal. Saya berharap pengelolaan sampah dan pemeliharaan lingkungan secara berkelanjutan dapat berjalan secara efektif di Kota Tegal,” harap wali kota yang dijuluki “Mr Lockdown” ini.
Dedy Yon berharap, Kota Tegal dapat menjadi pilot project dalam pengelolaan sampah yang belum ada di Indonesia maupun di seluruh dunia. Oleh karena itu, Wali Kota mengucapkan terima kasih dan apresiasi tinggi terhadap semua pihak yang terlibat dalam program ini.
250 Ton/Hari
Setiap hari, warga Kota Tegal memproduksi 250 ton sampah dan 30 persen di antaranya adalah sampah plastik. Namun yang mampu dikirim ke industri daur ulang baru 10 persen, sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).
Dengan program ini, untuk pilot project pertama diterapkan di TPS 3R Kelurahan Mintaragen. Ke depan, sampah di Kota Tegal dapat diselesaikan di tingkat rumah tangga dan di TPS 3R, sehingga hanya sampah-sampah residu yang tidak bisa diolah saja yang akan dibuang ke TPA.
“Rencana dari pilot project ini, 10 ton sampah tiap hari akan kita jadikan briket subtitusi batu bara yang digunakan di industri,” ujar Dedy Yon.
Disebutkan Wali Kota, program ini orisinil buatan Yaksindo dan Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS), yang didukung oleh pihak-pihak lain yang berkomitmen, termasuk Trinseo. “Tentu saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak, utamanya Yaksindo sebagai kolaborator dan PT Kemasan Cipta Sempurna (KCS) yang memberikan hibah berupa mesin predator sampah kepada Kota Tegal,” katanya.
Wali Kota menjelaskan, secara teknis, tahap perjanjian kerja sama pemanfaatan sampah akan dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tegal dengan Yaksindo. Sementara kebutuhan lain dalam program ini akan dipenuhi oleh sejumlah pihak untuk mewujudkan circular economy sebagai total solution permasalahan sampah di Kota Tegal. Salah satunya PT Trinseo Materials Indonesia yang sejak awal juga turut berkolaborasi dengan Pemkot Tegal bersama PT KCS, GIF, dan ADUPI.
Perhatian Utama
Ketua Yaksindo Nara Ahirullah mengatakan, pengelolaan sampah harus menjadi perhatian utama dalam masalah lingkungan yang disebabkan oleh sampah.
“Yaksindo dalam hal ini adalah kolaborator yang akan memasukkan semua pihak untuk menyukseskan proyek pengelolaan sampah Kota Tegal, mulai pengelolaan sampah rumah dan sejenis rumah tangga, maping potensi sampah, teknis daur ulang sampah, hingga pelaksanaan pembelian materi daur ulang sesuai regulasi yang berlaku. Semua itu harus diimplementasikan secara terintegrasi, sebagai solusi dari masalah ini,” ujarnya.
Nara menyebut, yang relevan saat ini adalah pengelolaan sampah di rumah. Desentralisasi pengelolaan sampah. Menahan sampah di rumah-rumah warga agar cukup waktu untuk penanganan, pengolahan, dan pengelolaan sampah di titik kumpul.
”Kita akan melihat bagaimana UU Pengelolaan Sampah benar-benar dijalankan di Kota Tegal, sehingga bisa terwujud tentang insentif dan disinsentif pengelola sampah oleh masyarakat, pengelola kawasan dan produsen produk dengan pembentukan PKPS sebagai poros circular economy,” tutur Nara.
Nara menandaskan, dengan program ini, PKPS akan mengubah material daur ulang yang awalnya disebut sampah menjadi bisnis yang sustainablei, karena ketersediaan bahan baku yang pasti ada.
“Di Kota Tegal ini jugalah, kita akan melihat bagaimana masyarakat, pemerintah, pihak produsen dan swasta lainnya bergotong-royong membantu pengelolaan sampah secara bertanggungjawab dan proporsional,” papar Nara, yang menyebut dengan program ini akan mengeliminasi sampah hingga 80 persen, sehingga sampah diharapkan tidak sampai ke TPA, karena sampah sudah tidak ada lagi.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Trinseo Materials Indonesia sekaligus Director of Sustainability Responsible Care Indonesia (RCI) Hanggara Sukandar menambahkan, pihaknya memprioritaskan keberlanjutan (sustainability).
“Kami baru saja mengumumkan Sustainability Goals selama 10 tahun ke depan kami, yakni perjalanan hingga tahun 2030 yang mencakup topik mulai dari perubahan iklim, produk berkelanjutan, pengerjaan yang bertanggung jawab, hingga tenaga kerja yang berkelanjutan,” terangnya.
Apa yang disampaikan Hanggara Sukandar, dikemas dalam program “Yok Yok Ayok Daur Ulang!” (YYADU!), melanjutkan program pengelolaan sampah bersama dengan Kota Tegal, Kemasan Group, dan Yaksindo dalam mengedukasi masyarakat secara nasional melalui rangkaian 12 webinar seputar pengelolaan sampah, mulai 14 September mendatang.
“Kami, PT Trinseo Materials Indonesia dengan program keberlanjutan YYADU! Itu, mengambil peran edukasi melalui penyelenggaraan rangkaian 12 webinar edukasi publik mengenai pengelolaan sampah selama 6 bulan ke depan,” terangnya.***
Thank you for the auspicious writeup. It in fact was a amusement account it. Look advanced to more added agreeable from you! However, how could we communicate?