Penulis: Sukamto
WONOGIRI | inpirasiline.com
AKIBAT musim kemarau, air Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri surut. Akibatnya, ribuan ikan kesulitan air.
Situasi ini menjadi rezeki tiban bagi para pencari ikan dan tengkulak di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karya Mina, Desa Kedungombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri.

Dampak cuaca panas, banyak ikan muncul ke permukaan air, sehingga dengan mudah ditangkap oleh para pencari ikan. Menurut keterangan para tengkulak, setiap hari sekitar 200 sampai 300 kg ikan dibeli dari para pencari ikan, dijual dengan harga bervariasi, tergantung jenis ikannya.
Ikan yang ditangkap meliputi ikan jambal, betutu, lele, nila, mujaher, saga, gabus/kutuk, wader, pari, dan udang. Ikan-ikan tersebut tidak hanya dibeli oleh penduduk setempat, tapi juga kerap diborong para pelancong dan tengkulak dari daerah Sukoharjo, Solo, dan Sragen.
Akibat cuaca panas, para nelayan yang semula menangkap ikan di seputar perairan Baturetno, Nguntoronadi, kini terpaksa “boyongan” ke perairan Eromoko dan Wuryantoro.

Menurut penuturan salah satu pencari ikan dari wilayah Baturetno, dalam sehari dia dapat menangkap ikan kurang lebih 10-20 kg.
Waduk Gajah Mungkur tidak hanya berfungsi sebagai irigasi dan wisata, tapi juga sebagai media budidaya perikanan, yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat Wonogiri dan sekitarnya.
Dengan adanya perikanan tersebut, para nelayan tradisional dapat menghidupi kebutuhan keluarga sehari-hari dan menyekolahkan anak-anaknya, sekaligus menambah lapangan pekerjaan masyarakat setempat.
Untuk mengembangkan perikanan, Pemerintah Kabupaten Wonogiri menerapkan sistem jala karamba terapung (Jakapung) di perairan Taman Wisata Waduk Gajah Mungkur. Sistem jakapung dinilai mampu mengembangkan budidaya perikanan di Kabupaten Wonogiri.***
