Wonogiri-Inspirasiline.com. Hampir semua orang mengenal pohon kelapa. Tanaman kelapa sering juga disebut pohon nyiur. Pohon tersebut biasanya tumbuh subur di tepi pantai.
Tumbuhan ini sangat berguna bagi kehidupan manusia. Mulai dari janur, pelepah, lidi, tapas, buah, daging kelapa, air kelapa, sabut, pohon( Jw.glugu), dan tempurung, semua bermanfaat.

Tidak banyak orang mengetahui kegunaan tempurung ( Jw.bathok ). Kebanyakan tempurung hanya dibuang begitu saja. Ternyata di tangan seniman tempurung dapat diubah menjadi macam benda seni, seperti; kap lampu, alat musik, kancing baju, centong, celengan, dsb.

Tak hanya itu, ditangan Hadi Suryanto – Anisa, penduduk Dusun Patuk Lor, Desa Baturetno, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, tempurung diubah menjadi arang bathok, yang mampu meraup rupiah lumayan banyak.

Kurang lebih 4 tahun, Suryanto bersama istrinya membuka usaha membuat arang tempurung atau arang bathok. Bahan baku membeli dari para pemarut kelapa di daerah Baturetno, disetor dari kota Pacitan, dengan harga Rp 1.500 @ kg. Setelah menjadi arang, dijual seharga Rp 8.500 – 10.000.@ kg ( harga di tempat )
Menurut keterangan Suryanto, arang bathok buatannya dibeli para tengkulak, selanjutnya dijual ke kota – kota
besar, bahkan ada yang dikirim ke luar negeri, tepatnya ke benua Eropa.

” Arang tersebut dimanfaatkan untuk memasak, pemanas tungku dalam rumah di daerah suhu dingin ” jelas Suyono kepada inspirasiline.com.
Suyono bersama istrinya, membuat arang bathok, di Desa Glesungreja, Baturetno, tepatnya di pinggir daerah genangan proyek Waduk Gajah Mungkur ( WGM) dikandung maksud, asap pembakaran tidak menimbulkan polusi udara, serta tidak mengganggu lingkungan. Di tempat itu dibuat rumah kecil, sejenis rumah bedeng, untuk menumpuk bahan, menyimpan drum tobong pembakar, serta alat penyaring (Jw. ayak ) arang bathok.
Pembuatan arang bathok bersifat insiden, tidak setiap hari, tergantung persediaan bahan, tenaga, dan cuaca.
Tobong/ dapur pembakar menggunakan beberapa drum minyak.
Proses pembuatan. Tempurung yang sudah kering dimasukkan ke dalam drum, disulut, setelah membara drum ditutup rapat selama 24 jam. Selanjutnya arang dikeluarkan dari drum, didinginkan beberapa waktu, setelah dingin diayak/ dipisahkan, kemudian dimasukkan dalam kresek, ditata rapi, siap untuk dipasarkan.
Mengenai hasil usaha yang didapat, Hadi Suryanto tak bersedia menjelaskan. Ia hanya mengatakan ” lumayan ” dapat untuk menambah penghasilan sehari – hari, dan biaya sekolah anaknya. ( SK/19 )