Rembang-Inspirasiline.com. Dengan penuh emosi, sejumlah petani garam di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Rembang, melakukan aksi protes dengan cara membuang garam di jalanan.
Para petani dan buruh penggarap tambak garam kecewa harga garam terus merosot. Penurunan harga garam hingga 80 persen. Sehingga sangat memberatkan petani, karena proses pembuatan yang berat dan biaya produksinya cukup tinggi

Jika bulan Juli lalu harga garam masih dikisaran Rp 4.500 – Rp 5.000 per kilogram, saat ini anjlok hingga antara Rp 900 – Rp 1.000 per kilogram.

Padahal puncak panen garam akan segera tiba, dan biasanya pada puncak panen garam harga akan terus mengalami penurunan.
Anjloknya harga garam sangat memberatkan para petani, karena biaya produksi garam tidak sebanding dengan harga jual garam saat ini.

Merosotnya harga garam ini disinyalir lantaran para tengkulak mempermainkan harga garam dari petani.
Salah satu petani garam, Kusnadi mengatakan, anjloknya harga haram sudah terjadi sejak sebulan lalu. Harga jual garam semula Rp 4.000 per kilogram, kini hanya Rp 900 per kilogram.

“Aksi buang garam ini sebagai bentuk protes kami karena harga garam saat ini anjlok. Sebelumnya blan Juli Rp 4000an kini tinggal Rp 900 per kilogram. Harapan petani garam ya harganya tidak turun terus. Harganya bisa petani untung penjual juga untung, petani tidak rugi,” harapnya Kusnadi.
Sementara itu, petani garam lainnya, Danar Ristanto berharap pemerintah segera turun tangan mengembalikan harga jual garam agar bisa kembali seperti semula.
“Mulai turun sebulan yang lalu. Harapan kami pemerintah segera turun tangan mengatasi anjloknya harga garam ini. Agar petani tidak rugi ya minimal Rp 2000 per kilogram lah,” ujar Danar.
“Selama ini petani menjual garam ke tengkulak. Kami berharap pemerintah membantu permodalan, jadi petani tidak ngebon (hutang) ke tengkulak. Terus penyiapan gudang, jadi ada modal bagi pemilik garam. Jadi kita tidak buru buru jual, nunggu harga membaik,” pungkasnya. (yon)