Sragen-Inspirasiline.Com. Ada yang menarik dalam amanat yang disampaikan Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, dalam Upacara Peringatan Hari Kartini ke-146. Pasalnya dalam kegiatan yang digelar di Halaman Kantor Terpadu Pemda Kabupaten Sragen pada Senin (21/4/2025) tersebut, Bupati Sigit Pamungkas mengangkat kisah Seorang Pahlawan Wanita Kelahiran Bumi Sukowati bernama Soemeini.
“Ini adalah Satu Kehebatan Perempuan yang Ari-Arinya Ditanam di Bumi Sukowati, Seorang Wanita Yang Gigih Memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia pada masa Revolusi Kemerdekaan.” Ucapnya.
Soemeini yang dalam beberapa Literatur yang ditulis sebagai Soemeni atau Sumeni, adalah Seorang Pejuang Perempuan Yang Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Kabupaten Sragen. Ia berperan sebagai Telik Sandi atau Mata-Mata pada Masa Agresi Militer Belanda I Tahun 1947 sampai Tahun 1950 Setelah Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda.
Kepala Bidang (KABID) Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (DISDIKBUD) Kabupaten Sragen, Johny Adhi Aryawan, yang dihubungi setelah pelaksanaan Upacara Hari Kartini 2025 menyampaikan bahwa Soemeini Lahir di Desa Puro, Kecamatan Karangmalang. Kemudian Pindah ke Daerah Sragen Wetan, Kecamatan Sragen tepatnya sebelah Utara Tugu Adipura Sragen.
“Kala itu Ibu Soemeini merupakan Lulusan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Sekolah Jenjang SMP di Surakarta. Usia Ibu Soemeini sekitar 16 Tahun Ketika Bertugas.” Urainya.
Di usia Remaja, Wanita yang Akrab Disapa Mei itu tergabung dalam Laskar Wanita Indonesia (LASWI) di bawah Komando Walikota Hartadi. Karena masih Berstatus Pelajar, Mei ditugaskan di Tanah Kelahirannya yaitu Sragen. Ia bergabung dengan Tentara Pelajar yang ada di Kabupaten Sragen dan diberi Pangkat Militer Setingkat Prajurit Dua.
Di Bumi Sukowati, Soemeini (dibaca Sumeini) diberi Tugas untuk mengumpulkan Informasi terkait dan kekuatan Pasukan Reguler dan Pasukan Khusus Hindia Belanda yang saat itu bermarkas di Pabrik Gula Modjo (PG Mojo).
Berbagai Siasat dilakukan Soemeini agar dapat masuk ke PG Mojo tanpa kecurigaan pasukan Belanda, mulai dari penyamaran sampai pendekatan “orang dalam”. Ia menargetkan para meneer hingga akhirnya berhasil memikat Seorang Pegawai Pengawas atau Sinder Pabrik.
Melalui pernikahannya dengan Sinder PG Mojo, Soemeini leluasa mengumpulkan Informasi terkait Pemetaan Kekuatan Pasukan Belanda. Tidak hanya itu, Soemeini bebas mengakses berbagai lokasi di dalam PG Mojo. Keistimewaan inilah yang membuat Soemeini mampu memperluas jaringannya mulai dari Pegawai Pabrik hingga kalangan serdadu Belanda.
Dengan kemampuannya menjelajahi Benteng Belanda itu, Soemeini sukses membujuk 1 Peleton dari 3 Kompi Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan Korps Speciale Troepen (KST) untuk membelot meninggalkan markas PG Mojo dan bergabung dengan Pejuang Kemerdekaan RI. Serdadu Pribumi yang semula berpihak kepada Belanda itu Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi lengkap dengan persenjataan Modern Pada Mei 1949.
Rencana Pergerakan Militer Belanda yang dihimpun Soemeini dibocorkan kepada Komandan Pejuang Walikota Hartadi, sehingga Para Pejuang Kemerdekaan Dapat Menyusun Strategi Untuk Menyerang PG Mojo. Titik pertemuan Para Pendiri adalah semak-semak Kebun Tebu yang terletak di Timur PG Mojo, di Lokasi ini pernah berdiri Gedung Joeang 45 yang menjadi Kantor Legiun Veteran.
Meskipun dalam beberapa upaya penyerangan Agresi Militer II tahun 1948 sejumlah Tentara Pelajar Gugur, namun Data dan Fakta yang Soemeini berikan Pada Pasukan Pejuang Berhasil Membuat Pasukan Belanda Kalang Kabut.
Taktik Unik dan kecerdasan Soemeini dalam menunaikan Tugas Berbahaya inilah yang membuat Namanya Melegenda. Kehebatan Soemeini yang Aksi Mata-Matanya Tak Pernah Tercium Kaum Penjajah, membuat Soemeini disegani di kalangan Veteran Khususnya Tentara Pelajar.
Kabid Pembinaan Kebudayaan Disdikbud Sragen memaparkan, Soemeini mengakhiri Masa Tenggelamnya sebagai Telik Sandi di Sragen Tahun 1950. Berdasarkan Pengakuan Mahendra, Putra Soemeini, yang ditemuinya pada Tahun 2022, di masa Kemerdekaan RI Soemeini menikah dengan Seorang Anggota TNI yang dikenalnya pada Masa Revolusi Kemerdekaan. Bersama Rekan Seperjuangannya itu, Soemeini dikaruniai 3 Putra yang menetap di Perum Palur Hingga Wafat.
“Beliau (Soemeini) menyelesaikan masa baktinya Sempat Menjadi Guru di SD Negeri 2 Sragen, Ibu Soemeini dimakamkan di Putatan bersama Sang Suami.” Papa Johny.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Soemeini telah mendapatkan Gelar Kepahlawanan, yang dibuktikan dengan adanya Bambu Runcing di Pusara Soemeini.
Sebagai bentuk Penghargaan Terhadap Jasa Soemeini dalam Membela kemerdekaan RI, Nama Sumeini pernah diabadikan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen sebagai Nama Jalan yang terbentang dari Persimpangan Transito Sragen ke arah Batujamus. Nama Jl. Sumeini diresmikan oleh Bupati Sragen Sepuh, Untung Wiyono, pada Tahun 2004. Sayangnya kini Nama jalan tersebut telah berpindah di bawah Pengelolaan Provinsi Jawa Tengah.
“Sekarang Namanya sudah diganti menjadi Jalan Raya Sragen – Jamus, tapi masih banyak usaha di Daerah itu yang menggunakan Nama Jalan Sumeini di Plangnya.” Imbuhnya.
Kini yang tersisa hanyalah Memorabilia Berupa Pakaian dan Alat Tulis Soemeini yang disimpan oleh Sanak Saudaranya di Sragen. Meski tidak banyak Dokumentasi dan Informasi Mengenai Soemeini, Namun Johny berharap Harum Nama Soemeini tetap akan dikenang dan tak lekang oleh waktu. (Sugimin/17-Release Diskominfo Sragen)
Very well written. Looking forward to more posts like this!
Interesting perspective! It gave me a new way of thinking about this topic.
Thanks for the valuable information. It was easy to understand and super useful.
I love how you explained this so clearly. Subscribed for more!