Pemkab Sragen Instruksikan PPL Cabut Paksa Jebakan Tikus Maut

NEWS

Penulis: Sugimin
SRAGEN | inspirasiline.com

MARAKNYA korban jiwa akibat terkena setrum listrik jebakan tikus, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen instruksikan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan & KP) mencabut paksa jebakan tikus maut jika pemilik sawah tidak mau mencabutnya sendiri.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto menyampaikan, hingga kini belum ada laporan terkait jebakan tikus yang dicabut. Namun, pihaknya mulai mengambil langkah tegas, agar petani secara sukarela melepas jebakan tikus tersebut.

PPL diminta agar mengecek secara langsung di lapangan. Jika mendapati petani memiliki jebakan tikus beraliran listrik, supaya mencabutnya sendiri agar tidak terjadi korban jiwa lagi.

”Kalau tidak bisa diajak bicara, langsung saja dilepas paksa,” tegasnya.

Sekda Tatag Prabawanto menyarankan agar Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) meminta bantuan Dispertan & KP mencarikan obat pembasmi tikus. Nanti dinas terkait bertanggungjawab meneruskan ke laboratorium hama Provinsi Jawa Tengah.

”Listrik memang efektif, termasuk mematikan manusia juga,” ujarnya.

Selain itu, Tatag juga meminta Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk turun tangan. Mengintruksikan petani supaya pemanfaatan listrik hanya untuk sumur submersible saja.

”Saya berharap PLN juga proaktif, mengecek ke lapangan,” sarannya.

Pelarangan
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sragen Muslim yang dihubungi inspirasiline.com, Sabtu (7/11/2020) pukul 19.00 malam ini mengungkapkan, setiap ada kasus serupa pihaknya terus berkordinasi dengan dinas terkait.

WAKIL Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sragen Muslim.

Dengan banyaknya kasus kematian petani akibat jebakan tibus maut ini, legislator dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berharap ada pelarangan pemasangan jebakan tikus beraliran listrik dari dinas terķait supaya tidak terjadi korban jiwa lagi.

”Tapi memang petani juga agak ngeyel. Namun kita juga tidak bisa menyalahkan 100 persen ke petani, karena mereka untuk mengamankan padinya,” ujarnya.

Sebenarnya kalau diperhatikan, ada yang tidak pas dengan jebakan listrik. Pemangan jebakan setrum, juga berisiko bagi yang lain yang ada di sawah itu. Bukan hanya tikus yang mati. Semua yang lewat kena setrum itu mati. Baik burung, ular, katak, musang, dan yang lain juga mati.

”Ketika hewan yang memangsa tikus ikut mati, ketika mati semua, akhirnya yang rugi petani. Padalah perkembangbiakan ular dan tikus cepat tikus,” bebernya.

Wakil Ketua DPRD Sragen dari Daerah Pemilihan (Dapil) IV ini memahami jika keinginan petani membasmi secara instan. Namun dengan banyaknya korban jiwa akibat keteledoran, pemkab harus segera mengambil sikap tegas melarang petani memasang jebakan tikus beraliran listrik.

Wakil Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Sragen ini berinisiatif membuat Peraturan Daerah (Perda) berkaitan dengan  jebakan tikus. Tapi butuh waktu lama, karena harus masuk Prolegda 2021.

”Maksud kami, solusi lain cara memberangus hama tikus dengan cara lain. Umpamanya, pemasangan obat yang tidak berbahaya untuk manusia atau perangkap lain atau gropyokan itu dimasifkan. Tikus itu harus dibasmi, tapi jangan pakai setrum,” tuturnya.

Pesan Penting
Terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen Suratno mengaku prihatin dengan rentetan kasus kematian petani akibat setrum jebakan tikus di Sragen.

Suratno mengakui, meski berbahaya, namun sejatinya ada pesan penting yang harus dipahami dan dijadikan perhatian dari kasus-kasus tersebut.

Bahwa selama ini petani sebenarnya sangat merindukan solusi yang efektif dan aman untuk menekan hama tikus yang merajalela.

Penggunaan setrum itu sesungguhnya pilihan terakhir yang terpaksa diambil petani demi menyelamatkan tanaman agar masih ada harapan panen.

“Kalau dipikir dalam, harusnya pemerintah prihatin, begitu besar perjuangan petani sampai bertaruh nyawa, hanya demi menyelamatkan tanamannya. Meskipun risikonya nyawa. Kami yakin, kalau ada cara lain yang aman memberantas tikus, nggak mungkin akan pakai setrum. Inilah yang harusnya dipikirkan pemerintah dan dinas terkait,” terangnya.***

Bagikan ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *