Penulis: Budhy HP | Editor: Dwi NR
TEMANGGUNG | inspirasiline.com
Ketika guru menyampaikan tema pembelajaran biologi mengenal alat-alat pencernaan pada manusia, maka di depan kelas disiapkan alat peraga tubuh manusia.
SEKOLAH Dasar Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Insani Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah memulai pembelajaran di kelas dalam bentuk Simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM), dengan cara baru sesuai protokol kesehatan Covid-19.
Melalui cara baru ini, pembelajaran tetap memperhatikan kualitas mengajar, yaitu dengan menggunakan alat peraga.
Kepala SDIT Cahaya Insani Parakan Mujiyono kepada inspirasiline.com, Kamis (12/11/2020) mengatakan, kegiatan dilaksanakan selama tiga hari, karena jumlah siswa seluruhnya mencapai 308 peserta didik.
“Setiap kelas ada 2 rombel, masing-masing 28 peserta, sehingga dalam simulasi PTM harus dibagi dalam tiga hari simulasi. Dalam pembelajaran di kelas, digunakan alat peraga pembelajaran, dengan tujuan agar siswa lebih mudah dan cepat memahami materi yang disampaikan,” tandas Mujiyono.
Dicontohkan, ketika guru menyampaikan tema pembelajaran biologi mengenal alat-alat pencernaan pada manusia, maka di depan kelas disiapkan alat peraga tubuh manusia.
Dengan demikian, peserta didik dapat langsung memahami, bahkan siap menunjukkan nama-nama organ tubuh ketika ustaz /ustazah memintanya.
Hadir dalam pelaksanaan Simulasi PTM, Tim Gugus Tugas Covid-19 Kecamatan Parakan sebagai pemantau kegiatan, para pengawas pendidikan dasar, serta Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Temanggung.
Muatan Keislaman
Kurikulum pembelajaran mengacu pada pendidikan dasar umum, namun waktu belajarnya ditambah dengan muatan keislaman terpadu. Muatan keislaman tersebut di antaranya membaca Alquran, membaca huruf Arab, belajar Bahasa Arab, dan pembiasaan adab keislaman.
“Selain salat wajib, peserta didik juga dibiasakan Salat Dhuha dan adab keislaman lainnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengucapkan salam, sopan santun, berdoa sebelum makan, dan menciptakan budaya saling menghargai,” terang Mujiyono.
Sebagai konsekuensi penambahan jam pelajaran, maka SDIT Cahaya Insani menyelenggarakan dapur umum untuk keperluan makan-minum peserta didik.
Selain itu, kebutuhan lainnya dapat diperoleh di minimarket yang merupakan unit usaha ekonomi SDIT.
Demikian pula ketika orangtua akan membayar biaya sekolah, sudah disediakan koperasi dengan sistem pencatatan dan penagihan uang sekolah melalui smartphone.
Keterlibatan peran orangtua dalam pendidikan juga dituangkan dalam buku penghubung antara orangtua dengan sekolah maupun dengan para ustaz-ustazahnya.
Target hasil pembelajaran di SDIT Cahaya Insani Parakan ini, selain menghasilkan lulusan berkualitas dalam konteks pendidikan formal, juga mengharuskan peserta didik kelas VI hafal jus 29 Alquran, dan mulai kelas III rata rata sudah hafal jus 30.
“Atas peran orangtua dan kesungguhan anak belajar, maka tahun kemarin, atas nama peserta didik Tsabit Imanana meraih Juara Mapsi Tilawah tingkat Provinsi Jawa Tengah,” jelas Mujiyono.***