Penulis: Sugimin
SRAGEN | inspirasiline.com
RATUSAN pedagang kios renteng sepanjang Kliteh, Jalan WR Supratman dan seputaran Alun-alun Sragen, mengelar demo menolak relokasi atau pemindahan ke Pasar Kota yang direncanakan dibangun mulai 2021, Sabtu (14/11/2020).
Mewakili sekitar 200 pedagang di kawasan itu dan sekitar kios utara rel kereta api, mereka menyuarakan penolakan relokasi.
Sebaliknya mereka menuntut tetap dibiarkan menempati lokasi mereka dan justru berharap ada pengembangan lokasi itu agar pedagang lebih maju.

Demo diawali dengan aksi long march dari selatan alun-alun ke arah Pasar Kota Sragen sebanyak dua kali. Mereka juga membentangkan spanduk panjang yang bertuliskan beberapa tuntutan.
Di antaranya “Tolak Relokasi,” “Dukung Revitalisasi,” “Deklarasi Persatuan Paguyuban Pedagang Tolak Relokasi,”
“Relokasi Membunuh Keluarga Kami,” “#Save Kios Renteng,” dan “#Wegah pindah.”
Aksi demo turun ke jalan itu dipimpin Ganjar Adi Purbantoro selaku Koordinator Aksi Persatuan Paguyuban Pedagang Menolak Relokasi (P3MR).

Puluhan pedagang kios renteng mulai dari warung bakso, mi ayam, sate, baju, sepatu, parfum, kios potong rambut, salon, dan masih banyak yang lain turut membaur dalam aksi.
Kepada wartawan, Ganjar Adi Purbantoro mengatakan,
para pedagang menolak rencana relokasi ke lantai dua Pasar Kota Sragen jika sudah direvitalisasi.
Alasannya, hal itu dinilai akan sangat merugikan pelaku ekonomi dan pedagang kios sepanjang Jalan WR Supratman .
Sebab, kondisi lantai dua saat ini sepi dan mangkrak, sehingga pemindahan pedagang ke lantai dua sama halnya menggiring pedagang ke lokasi yang tidak menguntungkan.
“Pembangunan yang sudah-sudah saja mangkrak dan tidak bisa dihidupkan. Lha kok untuk mengisi kekosongan lantai dua itu, memaksa kami yang pindah di lantai dua,” ungkap Ganjar Adi Purbantoro dengan nada tinggi.
Aksi penolakan juga didasari karena hingga kini pedagang belum mendapat jawaban memuaskan dari surat yang diajukan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan dinas terkait.
Penolakan makin menguat setelah mereka mengklaim mendapat jawaban berbeda dari pihak PT KAI Daop 6.

Ganjar Adi Purbantoro menyebut, hasil konfirmasi ke PT KAI Daop 6 memberikan jawaban lain terkait pelebaran jalur double track kereta api cepat yang selama ini dijadikan dalih dinas untuk relokasi.
“Ternyata bohong, karena kami sudah konfirmasi secara langsung ke PT KAI Daop 6 Jogjakarta dan sejauh ini belum akan menggunakan lahan tersebut,” jelasnya.
Tak Dilibatkan
Ganjar Adi Purbantoro juga menyebut selama ini pedagang di kawasan kios renteng dan alun-alun merasa tak pernah dilibatkan sejak awal terkait dengan relokasi.
Terlebih sepengetahuannya, wacana awal di 2017, revitalisasi lantai II Pasar Kota peruntukkannya buat sentra batik.
Dikatakan, aksi penolakan relokasi tidak terkait revitalisasi Pasar Kota.
Menurutnya, P3MR mendukung sepenuhnya revitalisasi Pasar Kota tapi diharapkan tetap sesuai dengan peruntukkannya, yakni bagi para pedagang yang sekarang sudah berada di Pasar Kota Sragen.
“Harapannya, kami meminta supaya kios kami direvitalisasi, dibangun, dan dipercantik. Bukannya direlokasi ke lantai II Pasar Kota, sehingga terbangun sebuah kawasan wisata, belanja, dan kuliner di sini,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen Tedi Rosanto saat dikonfirmasi wartawan menyatakan akan segera menggelar pertemuan dengan perwakilan pedagang kios renteng di Jalan WR Supratman untuk membicarakan relokasi.
‘’Nanti kami akan mengundang mereka (pedagang) untuk membicarakan hal itu,’’ ujarnya singkat.***