Penulis: Sugimin
SRAGEN | inspirasiline.com
TIDAK banyak generasi muda saat ini yang mengetahui serunya bermain gasing kayu. Permainan tradisional ini mulai ditinggalkan, karena kemajuan teknologi yang memanjakan generasi muda dengan kecanggihan gadget.
Kini, meskipun keberadaannya di tengah kecanggihan teknologi dan perkembangan zaman, namun mainan tradisional yang terbuat dari kayu ini masih diproduksi oleh yakni Parjan (63) dan Dirjo Wiranto (65), dua pengrajin warga Dusun Karang, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen.
Tidak tanggung-tanggung, gasing kayu buatan dua kakak-beradik ini mampu terjual hingga luar Kota Sragen.
Di sela-sela kesibukannya membuat pesanan gasing kayu, Parjan mengungkapkan, sudah lama dirinya memproduksi gasing ini bersama sang kakak, Dirjo untuk dijual.
“Sudah sejak kecil saya bikin mainan gasing kayu ini. Tapi kali ini bikin gasing kalau ada pesanan saja,” ujarnya kepada inspirasiline.com, Senin (7/12/2020).
Gasing buatan Parjan dan Dirjo sudah dipasarkan ke beberapa kota, seperti Solo, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Yogyakarta, hingga Nganjuk, Jawa Timur.
“Sedikit-sedikit ada yang pesan. Kadang anak-anak sekitaran sini, tapi kadang juga ada anak-anak dari luar kota,” bebernya.
Mainan gasing terbuat dari kayu landing Jawa ini rupanya sudah punya legenda di dunia gasing. Kayunya yang bagus dan kuat serta mudah dibentuk ini juga menjadi berkah tersendiri di tengah pandemi Corona atau Covid-19.
Promosi Media Sosial
Parjan dan Dirjo mengaku terbantu dengan adanya media sosial Facebook dan Youtube untuk memasarkan produk mereka. Terbukti, dari promosi di medsos baru-baru ini, keuntungan cukup tinggi didapatkan di tengah kesulitan ekonomi karena pandemi.
“Allhamdulillah, kemarin pesanan dari Nganjuk. Untuk ukuran dewasa sebanyak 12 buah dibeli seharga Rp 600.000, sementara ukuran anak anak Rp 40.000 kali 12 = Rp 480.000. Total kemarin dapat Rp 1.080.000. Pendapatan yang lumayan bagi kami di tengah pandemi yang tidak bisa bekerja apa-apa. Kemarin pesanan gasing itu kami kerjakan selama satu minggu, Mas,” tutur Parjan.
Menurut Parjan, warga Karang, Desa Gading memang sudah terbiasa bermain gasing tradisional di sela-sela waktu luang setelah musim tanam padi di sawah.
“Jadi nanti beberapa warga kumpul di salah satu halaman rumah warga, mereka saling memainkan gasing-gasing andalan mereka untuk ditarungkan. Gasing yang berputar lebih atau paling lama menjadi pemenang, dan gasing yang kalah harus dipatu (ditabrak) oleh gasing yang berputar lebih lama tadi saat start atau cari poin,” terangnya.
Parjan berharap, meski zaman sudah semakin maju, anak-anak generasi saat ini tidak meninggalkan permainan-permainan tradisional zaman dulu.
“Semoga anak anak bisa tetap melestarikan permainan tradisional seperti ini. Jangan hanya main game di HP saja, tapi bisa bermain permaianan ini bareng-bareng sama teman lebih baik,” harapnya.
Permainan gasing kayu, khususnya di Dusun Karang, Desa Gading, Kecamatan Tanon masih dimainkan setiap tahunnya. Tak pandang usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua masih memainkan permainan tradisional ini.***