5000 Keluarga miskin di kabupaten Sragen ditarget akhir tahun 2022 masuk daftar graduasi PKH

NEWS

Sragen-Inspirasiline.com Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menargetkan 5.000 keluarga miskin lulus atau masuk daftar graduasi program keluarga harapan (PKH) hingga akhir 2022.

Target tersebut merupakan angka realistis yang harus dicapai dengan gotong-royong semua komponen, terutama pedamping PKH. Puluhan pendamping PKH Sragen menyatakan kesiapan saat ditanya Bupati soal target 5.000 keluarga terentaskan dari kemiskinan.

Orang nomor 1 di Bumi Sukowati ini menyampaikan harus menggandeng semua pihak untuk mencapai target tersebut. Seperti, perusahaan, Lembaga Amil Zakat (LAZ), seperti Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah ( Lazismu) atau Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama ( Lazisnu), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), sektor perbankan, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

“Sragen sekarang masuk daerah dengan kemiskinan ekstrem. Dari 20 kecamatan yang ada harus dipetakan desa-desa yang masuk dalam daftar kemiskinan ekstrem. Pak Wakil Bupati Sragen saya minta buatkan formula yang tepat untuk menekan angka kemiskinan di Sragen,” Ungkap Yuni sapaan akrab Bupati Sragen saat dihubungi Inspirasiline.com melalui phoneselnya Kamis (30/12/2021) siang

Yuni mengaku terharu dengan sikap 2.128 keluarga yang tergraduasi PKH. Mereka menyadari masih banyak keluarga lain yang lebih membutuhkan.

Yuni menyampaikan, mereka yang keluar dari PKH memilih berusaha semampunya dengan jualan mie ayam, siomai, warung angkringan, dan usaha lain. Yuni  mengatakan mereka lulus dari kemiskinan dan membuat bangga karena tidak miskin lagi.

“Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen sebenarnya sudah berupaya menyekolahkan anak-anak dari keluarga miskin. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan mereka sadar bisa menjadi keluarga mampu,” Ungkapnya

Menurut Yuni  kesadaran menjadi keluarga mampu ini penting. Yuni  menyebut ribuan keluarga yang terentaskan itu bisa menjadi influencer dalam pengentasan kemiskinan di lingkungan masing-masing.

Yuni mengakui,  gesekan sering kali muncul di lingkungan desa ketika masyarakat belum memiliki kesadaran bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Seperti, bansos yang diberikan saat pandemi Covid-19.

Yuni mengatakan petunjuk pemerintah pusat menyebut bantuan diberikan kepada warga terdampak. Padahal, warga terdampak itu luas.

“Ketika memberi bansos kepada tukang ojek dan becak ternyata ada ojek online atau ojol juga meminta hak mereka. Jadi membangun mentalitas tidak miskin itu buruh kerja bersama,” Ungkap Yuni.

“Saya tersentuh dengan sikap Ibu Samini yang baru menjadi peserta PKH setahun kemudian menyatakan keluar dari PKH. Ibu Samini tidak mau menerima bansos PKH karena merasa lebih banyak yang berhak di bawahnya,” Ungkap Putri Sulung Mantan Bupati Sragen Untung Wiyono ini menambahkan. ( Sugimin/17)

Bagikan ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *