Penulis: Budhy HP
Editor: Dwi NR
Fungsi Pil KB khusus untuk pria ini adalah memblokir produksi sperma dan menyeimbangkan hormon, sehingga libido pria tetap bertahan. Wow! Tapi, tunggu saat peluncurannya…
PIL kontrasepsi untuk pria dari daun Justicia Gendarussa telah diuji keamanannya pada manusia. Para pria yang akan menjadi akseptor KB hanya perlu mengonsumsinya sehari sekali saja sebagaimana ketika wanita menggunakan pil KB sebagai alat kontrasepsinya.

Uji klinis tuntas, namun masih harus menunggu proses produksinya, untuk mengubah bahan baku menjadi ekstrak dalam kapsul maupun bentuk pil.

Hal itu terungkap dalam paparan Dokter Mirojul Hari Riyah ketika menjadi narasumber dalam acara Sosialisasi Kesehatan Reproduksi yang digelar Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah di Desa Ngropoh, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Selasa (14/9/2020).
Hadir dalam kesempatan itu para pejabat struktural Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Temanggung, mitra kerja BKKBN, kepala desa, dan pasangan usia subur (PUS).
Pil KB untuk pria ini, menurut Dokter Hari, adalah jenis kontrasepsi terbaru yang dikhususkan untuk pria. Sebelumnya telah beredar kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) atau vasektomi.
“Saat ini masih dalam penelitian, Pil KB dari daun Gendarussa yang masih berbentuk serbuk (bubuk) herbal itu, untuk digunakan oleh pria. Namun masih ditemukan kendala rutinitas meminumnya, karena harus dilakukan setiap hari”, ungkapnya.
Penelitian juga masih dilakukan terhadap kemasan yang marketable, yaitu harus mengubah bentuk ekstrak daun Gendarussa menjadi bentuk kapsul atau pil. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Fungsi Pil KB untuk pria ini adalah memblokir produksi sperma dan menyeimbangkan hormon, sehingga libido pria tetap bertahan.
Kesehatan Reproduksi
Sementara Kasubbid Kesehatan Reproduksi Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Esterlina Kusumastuti mengatakan, reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali keturunan.
Jadi, menurut Ester, reproduksi bukan dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim.
“Tidak dimungkiri, masih banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah reproduksi pada remaja atau anaknya. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada remaja merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi,” terangnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan konselor dan sosialisasi serta edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi. Harapannya agar masyarakat memahami arti penting kesehatan reproduksi, sehingga matang dalam perencanaan keluarga.
Selain itu, tandas Ester, agar remaja memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara menjaga kesehatannya, sehingga diharapkan mampu menjadikan mereka lebih bertanggung jawab dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan penyimpangan seksual maupun kesehatan reproduksi secara umum.***