Kekeringan, Waduk Gajah Mungkur Jadi Daratan Menawan

INSPIRASIANA

Penulis: Sukamto
WONOGIRI | inspirasiline.com

AKIBAT musim kemarau, Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri yang biasanya penuh air, kini kelihatan mulai surut, bahkan sebagian telah mengalami kekeringan.

PENGUNJUNG berwisata dan berfoto-foto di sebuah perahu penyeberangan yang nganggur akibat Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang mengering.

Daerah pinggiran seperti Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Nguntoronadi yang semula tergenang air, pun kini berubah menjadi daratan. Kondisi tanah mengering dan pecah-pecah.

Lahan pasang surut ini ternyata membawa rezeki tersendiri bagi penduduk sekitar WGM. Para  petani di daerah ini memanfaatkan lahan kering dengan menanami padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, cantel, tembakau, dan sayur- sayuran.

LADANG jagung yang memanfaatkan lahan Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang mengering menjadi daratan.

Di musim penghujan, sebagian Desa Turirejo, Kecamatan Eromoko dan Desa Glesungrejo, Kecamatan Baturetno biasanya terendam air. Tepatnya tanah pinggiran aliran Sungai Bengawan Solo. Bahkan, kedua daerah tersebut kelihatan indah di musim penghujan, bagaikan hamparan pantai. Namun di musim kemarau seperti saat ini berubah menjadi daerah kering dengan panorama ladang pertanian.

Jalan yang semula terendam air, kini muncul kembali dan berfungsi sebagai jalur lalu lintas. Di musim hujan, penduduk Eromoko yang ingin ke Baturetno atau sebaliknya, yang biasanya diseberangkan perahu mesin, kini tak perlu lagi. Cukup naik sepeda onthel atau sepeda motor, bahkan mobil, mereka bisa melintasinya.

Perahu mesin yang biasa menyeberangkan para penumpang, kini harus istirahat alias nganggur, menanti datangnya musim hujan dan tergenangnya kembali daerah waduk ini.

TANAMAN tembakau tumbuh subur di lahan Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang mengering.

Di daerah Wonogiri, musim kemarau tidak hanya mengakibatkan krisis air bersih, tapi juga berdampak pada para peternak serta budidaya ikan di perairan WGM dan sekitarnya. Budidaya sistem karamba tidak lagi berjalan seperti biasa, karena surutnya air WGM.

Musim kemarau juga berdampak pada para peternak, yang kian sulit mendapatkan rumput segar. Mereka terpaksa harus mengganti pakan ternak dengan membeli batang jagung dengan harga Rp 10.000 per ikat.

Di sisi lain, lahan kering dan kemunculan kembali jalan yang selama ini tergenang, dimanfaatkan penduduk setempat untuk kegiatan bersepeda, wisata lokal, dan refreshing.

Menjelang matahari terbenam, tempat ini banyak dikunjungi para remaja, untuk menikmati keindahan alam senja di Desa Glesungrejo, Baturetno.***

PANORAMA senja di hamparan daratan Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang mengering.
Bagikan ke:

1 thought on “Kekeringan, Waduk Gajah Mungkur Jadi Daratan Menawan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *