Puluhan Ribu Ikan Karamba WKO Sumberlawang Mati Mendadak

NEWS

Penulis: Sugimin
SRAGEN | inspirasiline.com

RATUSAN ton ikan milik petani karamba Waduk Kedungombo (WKO) di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ditemukan mati mendadak. Akibatnya, puluhan petani karamba di wilayah itu menangis karena menderita kerugian miliaran rupiah.

Ribuan ekor ikan berbagai jenis itu mendadak mati setelah diterjang fenomena upwelling atau air putih.

Musibah itu menimpa setidaknya 200 petani karamba di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Menurut petani dan Pemerintah Desa (Pemdes) setempat, fenomena upwelling itu melanda sejak Jumat (18/12/2020).

“Kalau sekarang harga ikan sekitar Rp 25.000 per kilogram, tinggal mengalikan. Kerugiannya mencapai miliaran rupiah. Soalnya mayoritas ikan yang mati justru yang umur siap panen,” kata Kepala Desa (Kades) Ngargotirto Sumadi kepada inspirasiline.com, Minggu (20/12/2020).

Dengan asumsi harga per kilo Rp 25.000, maka kematian 200.000 kg ikan itu mengakibatkan kerugian hampir Rp 5 miliar.

Kades Sumadi menguraikan, kematian mendadak ikan di WKO itu terjadi dalam dua hari terakhir. Kematian ikan secara mendadak tersebut bukan kali pertama dan hampir menjadi siklus tahunan.

Warga dan petani biasa menyebut fenomena tersebut sebagai upwelling. Hal ini terjadi akibat perubahan suhu bawah air dengan permukaan. Perbedaan suhu ini membuat air di dasar waduk tiba-tiba naik ke permukaan.

“Tanda-tandanya seperti biasa, air tiba-tiba bewarna putih. Kalau pemilik keramba tidak waspada, bisa mati semua ikannya. Ada ratusan ton ikan mati mendadak sejak Jumat kemarin. Hampir semua petani terdampak. Untuk sementara yang terdata sekitar 200 karamba yang ikannya mati mendadak,” tuturnya.

Kades Sumadi menjelaskan, dari total 115 petani karamba yang berada di wilayahnya, hingga kini sudah ada 20 petani yang melapor terdampak dan ikan budidayanya mati mendadak.

Pihaknya memperkirakan, dari 20 petani itu, total ikan yang mati sudah mencapai 200 ton. Ironisnya, mayoritas ikan yang mati sudah memasuki masa panen.

“Rata-rata yang mati, ikan yang sudah siap panen. Jadi kerugiannya lumayan berdampak bagi petani,” ujarnya.

Sepanjang tahun ini, menurut Sumadi, petani karamba di WKO sudah mengalami tiga kali upwelling. Upwelling yang biasa terjadi pada musim kemarau, sekarang juga melanda mereka saat penghujan.

“Tahun ini sudah tiga kali, belum jelas kenapa bisa berkali-kali. Tahun 2016 dulu, bahkan sempat empat kali setahun. Petani nggak bisa apa-apa. Paling bisanya menggeser karamba ke lokasi yang airnya aman,” jelasnya.

Salah satu petani karamba, Sunardi, mengaku berhasil menyelamatkan ikannya tepat waktu. Pada saat ada laporan ikan mati mendadak, dia langsung menggeser karamba ke lokasi lain.

“Saya, begitu ada laporan darurat langsung menggeser karamba. Saya geser sekitar 20 meter, sementara masih aman. Kejadian ini dipicu cuaca, soalnya akhir-akhir ini cuacanya sangat dingin,” bebernya.***

Bagikan ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *