Panen Raya Klaster Padi Modern Farming, BI Serahkan Bantuan Sumur Dalam

INOVASI

Penulis: Supriyani
SUKOHARJO | inspirasiline.com

BUPATI Etik Suryani dan Wakil Bupati Agus Santosa, bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo Nugroho Joko Prastowo dan pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sukoharjo mengawali panen raya menggunakan mesin combine harvester di Klaster Padi Modern Farming di Desa Tangkisan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (11/6/2021).

Bupati Etik Suryani mengatakan, Sukoharjo merupakan salah satu penyangga pangan di Jawa Tengah (Jateng), meskipun luas wilayahnya terkecil kedua setelah Kabupaten Kudus.

BUPATI Sukoharjo Etik Suryani dan Wakil Bupati Agus Santosa bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo Nugroho Joko Prastowo saat penyerahan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) sumur dalam.

Selain itu, Sukoharjo juga memiliki potensi produktivitas padi tertinggi se-Jateng, selama lima tahun terakhir, dengan surplus beras tidak kurang dari 119.792 ton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Etik Suryani menyebutkan, pada 2020, Sukoharjo mampu memproduksi 339.453,059 ton padi dengan luas lahan 49.061 hektare.

“Saya berharap capaian ini dapat kita pertahankan dan tingkatkan di tahun-tahun yang akan datang,” katanya.

Dalam kesempatan panen raya padi kali ini, juga dilakukan penyerahan bantuan dari BI Solo melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), berupa dua unit sumur dalam untuk Desa Pojok dan Desa Tangkisan, Kecamatan Tawangsari serta peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan perbaikan tanah berbasis mikroorganisme.

“Saya harap bantuan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga akan dapat mendorong peningkatan produksi padi dan Sukoharjo tetap menjadi lumbung padi di Jateng,” ujar Bupati Etik Suryani.

Kepala Perwakilan BI Solo Nugroho Joko Prastowo mengatakan, selama ini BI Solo sudah bersinergi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, sejak 2017. Utamanya mendukung upaya peningkatan frekuensi tanam di Klaster Padi Modern Farming agar bisa tanam tiga kali setahun. Termasuk, melalui PSBI, membuat dua sumur dalam di Desa Tangkisan dan Pojok, Kecamatan Tawangsari.

Kendala yang masih dihadapi oleh petani di Klaster Padi Modern Farming Sukoharjo adalah optimalisasi frekuensi tanam yang belum bisa mencapai tiga kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan setiap Oktober saluran irigasi dari Waduk Gajah Mungkur dijadwalkan perbaikan rutin.

“Dua sumur dalam tersebut diharapkan dapat mengairi lahan sawah ketika Waduk Gajah Mungkur perbaikan rutin tahunan, sehingga frekuensi tanam dapat meningkat,” tutur Nugroho Joko Prastowo.

Tak hanya itu, BI Solo juga memfasilitasi pelatihan perbaikan kesuburan tanah dengan optimalisasi fungsi mikroba tanah untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan.

Pelatihan ditindaklanjuti dengan pengembangan demonstration of plot (demplot) ujicoba budidaya padi ramah lingkungan, dengan memperhatikan kecukupan nutrisi melalui kualitas dan kuantitas mikroba tanah pada musim tanam kedua ini.

Demplot dilaksanakan di enam desa yang menjadi area keanggotaan Klaster Padi Modern Farming, yakn Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Kepodang Topo” atau meliputi Desa Kateguhan, Pojok, Dalangan, Tangkisan, Majasto, dan Desa Ponowaren.

Menurut Nugroho Joko Prastowo, penerapan teknologi dengan sistem pertanian modern yang mulai digalakkan di Sukoharjo sejak 2016, terbukti dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi sekaligus menurunkan biaya produksi.

“Dengan sistem ini terjadi peningkatan produktivitas sampai dengan 15%, peningkatan efisiensi biaya produksi sampai 10%, serta peningkatan kualitas dan harga gabah. Selain itu, modern farming mendorong minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, khususnya petani padi,” tandas Nugroho.***

Bagikan ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *