Penulis: Daryono
REMBANG | inspirasiline.com
SEJUMLAH petani tembakau di Kabupaten Rembang khawatir tidak bisa menjual hasil panenan kepada perusahaan mitra PT Sadana Arif Nusa, gara-gara daun tembakau varietas Marem 1 dan Marem 2 tercampur.
Mukhtar, seorang petani tembakau di Desa Trembes, Kecamatan Gunem mengungkapkan, petani di kampungnya tahun ini mengembangkan tembakau Marem 2. Perkembangan tanaman cukup bagus. Tapi pada 2019 lalu, kebanyakan petani menanam tembakau jenis Marem 1.
Kondisi itu berakibat ketika penyemaian bibit, masih ada bekas tanaman tembakau Marem 1. Dia bersama petani lain merasa resah, terkait kabar kalau hasil panen tembakau Marem 1 dan Marem 2 tercampur, tidak akan bisa dijual kepada PT Sadana Arif Nusa.
“Kemungkinkan tercampur antara Marem 1 dan Marem 2. Belakangan muncul isu kalau tercampur, katanya tidak dibeli oleh PT Sadana. Petani resah. Karena itu, kami mohon kejelasan dan kebijakan dari PT Sadana,” kata Mukhtar.
Menanggapi hal itu, Heri Sukeni dari PT Sadana Arif Nusa menyatakan, sudah ada pembagian antara lahan yang menanam tembakau varietas Marem 1 dan Marem 2. Jika dengan sengaja di suatu wilayah terdapat tembakau campuran Marem 1 dan Marem 2 dalam jumlah banyak, pihaknya tidak akan menoleransi. “Kalau dengan sengaja dalam satu wilayah ada Marem 1 dan Marem 2, persentasenya sangat banyak, tidak akan kami toleransi,“ tandasnya.
Tapi jika tercampurnya itu dianggap bukan karena kesengajaan dan jumlahnya sedikit, tidak masalah. “Tapi kalau ada satu-dua, ya biarkan saja,“ tegas Heri.
PT Sadana Arif Nusa yang memiliki gudang di pinggir jalan raya Rembang-Blora, Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Senin (10/7) mulai menerima hasil panen tembakau dari petani. Bupati Abdul Hafidz ikut hadir dalam kegiatan tersebut.
Hafidz menyatakan, secara umum petani mengakui menanam tembakau lebih menguntungkan dibandingkan tanaman lain. Apalagi dari sisi harga lumayan bagus, standar F3 saja mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
Bupati sebatas mengingatkan petani, sebelum setor ke gudang PT Sadana, daun harus dikemas sesuai standar, supaya tidak dikembalikan. “Yang basah-basah ya jangan dikirim ke sini, tentu akan dikembalikan. Secara umum petani sumringah, harga bagus. Kalau masih ada yang kurang-kurang ya wajar,” katanya.
Politikus PPP asal Pamotan itu menambahkan, selama penerimaan hasil panen, PT Sadana Arif Nusa sudah memberlakukan aturan protokol kesehatan, guna mencegah penyebaran Covid-19. “Yang masuk ke sini wajib pakai masker, diukur suhu tubuh, dan cuci tangan. Alur keluar masuk petani juga diatur. Saya kira sudah memenuhi standar protokol kesehatan,” pungkas Hafidz.***