Penulis: Sugimin
SRAGEN | inspirasiline.com
SELEMBAR kertas bertulisan “Ora Salaman Tetep Kekancan, Ora Maskeran Balik-o Kanan” tertempel di pintu masuk ruang staf Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Sragen.
Sesuai pesan moral yang tercantum di kertas itu, sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan kantor itu pun tak lagi berjabat tangan atau salaman. Meski akrab, saat saling bertemu ya sekadar menyapa saja.
Di lingkungan kantor lainnya yang masih satu kompleks dengan Diskominfo Sragen pun memiliki budaya serupa.
Para PNS di lingkungan Sekretariat Daerah (Setda) Sragen tak lagi mengenal jabat tangan, tapi menggantinya dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada atau salam kepal tangan seperti adu panco.
Kabag Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Sragen Dwi Agus Prasetyo mengatakan, pandemi Covid-19 melahirkan budaya baru, yakni tidak ada jabat tangan melainkan salam tangan di depan dada.
Kesadaran Pribadi
Agus, sapaan akrabnya, melihat hampir seluruh PNS memiliki kesadaran pribadi untuk tidak berjabat tangan sebagai salah satu upaya gerakan 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
“Salat di musala saja tidak ada jabat tangan, apalagi di kantin atau di kantor. Orang sudah tak berani jabat tangan. Mereka punya pemahaman sendiri. Cuci tangan pun disediakan di setiap pintu masuk kantor. Jadi tanpa diawasi pun mereka sudah sadar dengan sendirinya,” ungkapnya saat dihubungi inspirasiline.com selepas salat Maghrib, Sabtu (17/10/2020).
Di lingkungan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Sragen juga memiliki budaya 3M.
Kepala BKPSDM Sragen Sutrisna mengatakan, meskipun orang lain mengulurkan tangan untuk jabatan tangan, itu pun semaksimal mungkin dihindari. Hal itu dilakukannya untuk menaati protokol kesehatan 3M.
Perilaku itu pula yang sering ditekankan kepada PNS lain ketika apel pagi.
Seorang PNS Sragen Dyah Nursari mengakui, ada perubahan dalam perilaku hidupnya. Kalau dulu setiap bertemu orang, kenal atau tidak kenal, sering berjabat tangan, kini tidak lagi. Sebab, dia menaati protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.
“Dengan berjabat tangan itu berisiko tertular Covid-19. Itulah yang saya dapat dari sosialisasi dan selebaran,” ujarnya.
Lanjar (44), warga Krapyak RT 029/RW 009, Sragen Wetan memiliki cara lain sebagai pengganti jabat tangan, yakni mengepalkan tangan. Dia jujur mengaku sering lupa cuci tangan saat berpergian.
Lanjar pun mengaku menyiapkan tempat cuci tangan di depan rumah agar terbiasa cuci tangan. Saat pertemuan warga di lingkungan RT, Lanjar tetap mematuhi protokol kesehatan seperti warga lainnya.
“Kadang pekewuh (sungkan) saat bertemu orang yang lebih tua. Kalau sebaya sering saya tolak. Sorry rasah salaman disik (Maaf, tidak usah berjabat tangan dulu),” ujarnya.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr Sri Subekti menjelaskan alasan tidak berjabat tangan itu karena tangan menjadi organ paling sering kontak dengan macam-macam benda.
“Anggap saja selama kondisi pandemi Covid-19, semua ada potensi virusnya. Dengan jabat tangan bisa menularkan atau menyebarkan virus ke mana-mana. Oleh karenanya, semua orang wajib melakukan 3M. Salaman paling aman dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada,” terangnya.***
Hi, after reading this awesome post i am as well happy
to share my experience here with friends.
continuously i used to read smaller posts that as well clear their motive, and that is also happening with this
piece of writing which I am reading now.
where to buy amoxicillin over the counter: doxycyclineca – buy amoxicillin online cheap
amoxicillin 500mg no prescription