Pasar Bahulak, Pasar Bernuansa Serba Tempo Dulu

INSPIRASIANA

Penulis: Sugimin | Editor: Dwi NR
SRAGEN | inspirasiline.com

Dinamakan Pasar Bahulak, karena nuansanya memang pasar tempo dulu dan semua yang dijual serba zaman dulu, yang kemungkinan jarang dijumpai di pasar modern.

“AYO ke Pasar Bahulak! Ada tayuban…”

Ajakan itu dilontarkan Eyang Ragil (66), salah satu anggota rombongan gowes dari Gemolong, saat istirahat di Desa Ngrombo, Minggu (1/11/2020) pagi.

Mereka juga menyempatkan singgah dan menikmati tayuban di Pasar Bahulak.

ROMBONGAN gowes dari Kecamatan Gemolong ikut tayuban di Pasar Bahulak.

Eyang Ragil, pecinta gowes asal Desa Jenalas, Kecamatan Gemolong mengaku datang bersama rombongan gowes-nya. Dia dan rekan-rekannya menyempatkan singgah, karena penasaran dengan suasana pasar yang mendadak banyak dikunjungi warga ini.

Bahkan pria pensiunan ini tampak menikmati dengan ikut berjoget ala tayuban yang disajikan di tengah pasar, dengan iringan gamelan kuno.

“Bagus juga. Makanya tadi pas gowes, kebetulan sampai Ngrombo, teman-teman tak ajak mampir sekalian nonton tayuban,” ungkap pria pensiunan guru sekolah dasar (SD) yang sudah jamak dipanggil Eyang Ragil ini kepada inspirasiline.com di Pasar Bahulak, Minggu (1/11/2020) pagi.

Tempo Dulu
Pasar Bahulak di Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen belakangan menjadi perbincangan dan buruan warga.

Pasar dengan nuansa tempo dulu itu menyita perhatian sejumlah masyarakat Bumi Sukowati, juga dari luar daerah.

Pasar yang berlokasi di kebun rindang itu memang bukan sembarang pasar. Sebab, pasar itu hanya “hidup” dua kali sebulan, yakni di setiap Pasaran Minggu Legi dan Minggu Pahing.

Di salah satu hari pasarannya, Minggu Legi (1/11/2020), sejak pagi, pukul 06.00, warga dari berbagai wilayah sudah menyemut memadati Pasar Bahulak.

Mayoritas pengunjung, termasuk Camat Plupuh Sumarno datang bersama keluarga dan rekan-rekan mereka. Bahkan, beberapa komunitas seperti komunitas onthel juga tampak singgah.

baca juga:  Hari Ini, Kabupaten Sragen Tambah 43 Kasus Positif Covid-19

“Saya datang sama ibu dan anak saya. Tadi beli pecel, buah salak, es, jagung, dan mainan lawas. Seneng, karena suasananya kayak zaman dulu. Yang dijual juga serba tempo dulu. Makanannya juga makanan-makanan dulu, yang mungkin sekarang sudah sulit ditemui. Ini malah bagus untuk nguri-uri tradisi, nggak ngilangin adat. Kalau bisa diadakan tiap Minggu, kan bisa jadi alternatif jalan-jalan dan refreshing keluarga,” ujar Yuni Widiyanti (40), ibu rumah tangga asal Dukuh Mrakean, Desa Sambirejo, Plupuh ditemui saat beristirahat di Pasar Bahulak.

Tiga Kali Buka

KEPALA Desa Karungan Joko Sunarso.

mengatakan, Pasar Bahulak itu dirintis sekitar beberapa bulan lalu dan sudah tiga kali buka.

Dinamakan Pasar Bahulak, karena nuansanya memang pasar tempo dulu dan semua yang dijual serba zaman dulu, yang kemungkinan jarang dijumpai di pasar modern.

“Kita ingin kembali menggali kearifan lokal. Di Pasar Bahulak ini, yang dijual serba bahulak atau zaman kawak. Kulinernya pun kuliner zaman dulu. Seperti soto bathok, sego menir, nasi jagung, tiwul, wedang gemblung, wedang secang, jamu gendhong, kaos bahulak, hingga bank sampah,” paparnya.

Menurutnya, Pasar Bahulak dirintis berdasar ide awal memanfaatkan lahan kas desa yang selama ini terkesan hanya kebun kumuh dan angker.

Atas dukungan warga dan punggawa desa, akhirnya lahan yang ditumbuhi pohon-pohon sengon dan aneka tumbuhan itu disulap menjadi arena pasar, dengan konsep zaman dulu.

Semua lapak didesain seperti lapak pada zaman dulu. Dolanan anak yang disediakan pun juga mainan zaman dulu. Seperti egrang, congklak, bakiak, dan ayunan dari bambu.

Kemudian semua transaksi dilakukan dengan pembayaran menggunakan koin dari tempurung kelapa. Setiap pengunjung yang datang bisa menukar koin di pintu masuk, dengan harga Rp 2.000 satu koin.

baca juga:  DIrjo-Parjan, Dua Pengrajin Warga Gading Lestarikan Gasing

Jika koin yang ditukar tidak habis, maka sisanya bisa ditukarkan kembali ke loket awal dan uang akan dikembalikan sejumlah koin yang tersisa.

Joko Sunarso menjelaskan, dari persiapan beberapa bulan, akhirnya Pasar Bahulak resmi dibuka sekitar sebulan lalu.

Awalnya hanya dibuka di sekitar sendang. Namun karena pengunjungnya membeludak, akhirnya diperluas dan dipindah ke lokasi kebun kas desa.

“Ini sudah tiga kali buka. Alhamdulillah antusias pengunjung luar biasa. Kalau kemarin kita rencanakan buka selapan sekali atau 35 hari sekali, nanti ke depan kemungkinan kita buka dua kali, yakni Minggu Legi dan Minggu Pahing. Bahkan ada masukan, nanti kalau bisa kita buka Sabtu sore sampai Minggu,” beber Joko Sunarso.

Berdayakan Masyarakat
Lebih lanjut, Joko Sunarso mengungkapkan, selain memanfaatkan lahan kas desa, Pasar Bahulak juga wujud Pemerintah Desa (Pemdes) dalam memberdayakan masyarakat. Sebab, pengelolaan dan pedagangnya semuanya melibatkan pemuda dan masyarakat setempat.

Sejauh ini ada 56 warga yang terdaftar sebagai pedagang di Pasar Bahulak. Sebagai bentuk pemberdayaan, semua pedagang makanan didata dan dibentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

“Semangat kami dan warga memang ingin menciptakan karakter pasar yang lain dari yang lain. Kita ingin membangkitkan kenangan masa lalu, makanya ada dolanan bocah juga. Ini masih dalam tahap evaluasi dan pengembangan, karena ke depan secara bertahap kita lengkapi dengan kolam, taman bunga, danau buatan, hingga perpustakaan alam,” tuturnya.

Camat Plupuh Sumarno, yang menyempatkan hadir di Pasar Bahulak, mendukung penuh kreativitas Pemdes dan warga Karungan melalui Pasar Bahulak. Menurutnya, Pasar Bahulak merupakan bentuk mengenang masa lalu, terwujud karena timbulnya pemberdayaan semua komponen dan semua potensi yang ada.

baca juga:  Mbah Mino, Korban Tewas Jadi Tersangka Kasus Jebakan Tikus

“Ini upaya ekonomi kreatif warga Desa Karungan. Harapannya menjadi salah satu ikon wisata di Kecamatan Plupuh. Ke depan lebih sukses, sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga Karungan khususnya dan Kecamatan Plupuh pada umumnya,” ujarnya.

Karena masih pandemi Covid-19, Camat Plupuh Sumarno mengimbau masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, yakni menerapkan 3M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak.

Alhamdulillah di Pasar Bahulak ini, di pintu masuk, tengah pasar, dan setiap sudut sudah dipasangi wastafel,” terang Sumarno mengakhiri bincang-bincang dengan inspirasiline.com di pinggir Pasar Bahulak, sambil menikmati wedang gemblung, Minggu (1/11/2020) pagi.***

Bagikan ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *