Oleh Dwi NR
TAK seperti biasanya, pos kamling sepi. Bahkan cenderung senyap. Ini jelas aneh. Padahal ada Kang Kucrit dan Lek No yang takzim memelototi Indonesia Lawyers Club (ILC) di sebuah televisi berita. Di mana suara-suara riuh penuh candaan dan olok-olok yang menghidupkan tempat singgah orang-orang kampung itu?
“Kayake ada setan lewat ya… Kok anteng-antengan?”
Suara itu kangsung berhasil mengusik dua penunggu setia pos kamling. Tentu agak mengagetkan. Tapi penyapa itu bukan sosok asing bagi mereka.
“Wah, ini lakone baru datang,” sahut Sumeno alias Lek No.
“Ke mana aja, Lek Us? Lama nggak bagi-bagi informasi,’ sambung Rasman alias Kang Kucrit.
Tanpa membalas sambutan mereka, Lek Us alias Usman keburu meletakkan pantatnya yang berbalut celana kasual loreng bermerek.
“Kenapa kok kayak wong do topo?”
“Lha ini, kalau nggak ada sampeyan yo sepi nyenyet ngene iki,” jawab Kang Kucrit. “Sibuk apa kok lama ora nongol?”
“Sibuk gundulmu! Aku iki lagi mumet ngurusi murusku iki?”
“Hahaha… Sopir Pajero bos besar kok masih kenal mencret-mencret. Mestinya sampeyan kan malah ayem, sekarang wis mulai new normal.”
Usman terkekeh. Dengan gayanya yang khas. “Lagakmu, Crit. Sampeyan kok kayak ngerti-ngertio new normal. Opo kuwi jal?”
“Lhoh! Sampeyan kok menyepelekanku. Aku yo jelas ngerti new normal atau kenormalan baru. Masa pelonggaran PSBB. Pembatasan Sosial Berskala Besar…”
Kang Kucrit seolah benar-benar sedang ingin unjuk wawasan. Dia nggak mau dianggap kuper untuk gagal menanggapi “tantangan” Lek Us.
Lek No pun mulai mengalihkan pandangannya dari ILC yang memang belakangan kerap mengusung tema seputar Covid-19.
Kegayengan mulai terasa di pos kamling itu. Hampir kembali seperti biasanya. Selalu hidup hingga dinihari atau subuh menjelang.
“Seratus! Kucrit tambah pinter saiki.” Usman mengacungkan jempolnya, sembari tampaknya agak melupakan “gangguan” perutnya.
Ketika kini duduk melingkar. Berhadapan. Tangan mereka mulai memungut batang-batang rokok kretek legendaris. Menyelipkan di mulut-mulut mereka. Dalam sekali gerakan yang berurutan, kepulan-kepulan asap putih mulai mewarnai pos kamling.
New era atau kenormalan baru, yang belakangan digagas pemerintah dan menjadi kebijakan bertahap nasional, agaknya nggak luput dari obrolan mereka. Tiga sekawan dalam pos penjagaan. Tapi, masing-masing punya sudut penyikapan yang berlainan.
Bagi Rasman dan Supeno, yang jenis lelaki pekerja rumahan, new normal adalah secercah harapan baru pasca-PSBB. Artinya, dapur mereka bakal lebih rajin ngebul. Ekonomi rumah tangga mereka menggeliat.
Tapi tidak bagi Usman. Kehidupannya yang lebih banyak di jalan ketika dunia mengharuskan di rumah saja, justru dirasakan semakin mempersempit ruang geraknya sebagai sopir trailer sekaligus driver pribadi bosnya, Bang Mansur untuk pegang Pajero Sport pribadinya.
“Aku mencret-mencret iki yo gara-gara new normal. Bisnis angkutan alat berat juraganku memang mulai kembali menggeliat. Aku jadi sering narik. Tapi perjalananku tambah melelahkan. Di mana-mana razia Corona. Ora nganggo masker didenda ratusan ribu, yen ora gelem malah dikon nyapu opo resik-resik dalan. Ora murus piye? Koyo ngono kuwi kanggoku ora new normal, dadine malah new abnormal. Ora dadi mulyo, malah nambah sengsoro. Tobaaaat…tobat.”
“Hahaha… huk huk huk…” Lek No dan Kang Kucrit tersedak asap rokok lantaran kelewat terbahak.
Usman pamit pulang. Mulesnya kambuh.***
Can I just say what a relief to find someone who actually knows what theyre talking about on the internet. You definitely know how to bring an issue to light and make it important. More people need to read this and understand this side of the story. I cant believe youre not more popular because you definitely have the gift.
Hi there! This post couldn’t be written any better! Reading through this post reminds me of my previous room mate! He always kept talking about this. I will forward this article to him. Pretty sure he will have a good read. Thank you for sharing!