Penulis: Yon Daryono
Editor: Dwi NR
Sejak pembelajaran daring atau online diberlakukan, kalangan ibu-ibu bertambah berat beban pikiran mereka. Penyebabnya, harus membantu menyelesaikan pelajaran anak-anak mereka di rumah. Bahkan, sejumlah di antaranya mengaku agak stres, lantaran mesti menangani tiga-empat anak sekaligus.
AYU Nurbiandini (35), warga Perum Ngotet, Rembang Kota mengaku punya tiga anak TK dan dua SD. Semua membutuhkan HP untuk belajar online, memahami materi dari guru masing-masing. Selain boros kuota internet, kondisi semacam itu juga mengakibatkan anak-anak rawan terpapar radiasi HP.
“Semua itu kan butuh kuota internet, karena kebanyakan pelajaran lewat video dan Youtube. Ya kalau punya uang buat beli kuota, lha kalau nggak, kita kan harus tetap bisa. Kalau anaknya cuma satu sih mungkin nggak apa-apa ya, saya langsung tiga. Apalagi kalau pelajaran bersamaan, sampai stres saya,“ tutur Ayu.
Dia menambahkan, ketika anak-anak malas belajar, otomatis orang tua yang terpaksa mengerjakan soal pelajaran. Dia mendesak sekolah memberlakukan cara lebih sederhana, namun efektif untuk pembelajaran.
“Mohon pelajaran daring (online) dihentikan saja. Tapi diganti guru memberikan materi tertulis satu minggu sekaligus. Materi bisa diambil melalui ketua kelompok atau gurunya. Langsung banyak nggak apa-apa, nanti dikumpulkan di mana. Seperti itu malah lebih memudahkan kami selaku orangtua,“ imbuhnya.
Sesuaikan Kondisi
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rembang Mardi, belum lama menyatakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) harus menyesuaikan kondisi siswa, karena antarsekolah berbeda-beda.
“Kadang ada sekolah yang memiliki fasilitas bagus dan anak-anaknya siap untuk belajar online. Tapi ada sekolah dan siswa yang kurang siap,“ kata Mardi.
Dia mengakui, pengeluaran orangtua membengkak untuk membeli kuota data internet, akibat kebijakan ini. Menurutnya, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebenarnya juga bisa digunakan untuk membeli paket kuota bagi guru dan murid. Jika tidak memungkinkan, sebaiknya sekolah membuat konsep pembelajaran yang tidak terlalu memberatkan siswa.
“Walaupun kalau jalan terus juga nggak akan mencukupi anggarannya, karena dana BOS di tiap sekolah beda-beda. Tapi bisa dipakai untuk beli kuota. Kami sarankan, metode pembelajaran yang simpel, mudah dipahami, dan jangan sampai membebani anak terlalu berat,“ ungkapnya.
Mardi menambahkan, soal kapan pembelajaran tatap muka dimulai, menunggu sampai Rembang berstatus zona hijau. Saat ini Kabupaten Rembang masih zona merah Covid-19.
Kelak kalau sudah menyandang zona hijau, siswa SMP masuk terlebih dulu, setelah itu, 2 bulan berikutnya disusul siswa SD, dan 2 bulan lagi baru anak PAUD-TK.
“Jadi kalau sudah zona hijau, siswa SMP masuk dulu. Dievaluasi kok masih zona hijau, 2 bulan setelah itu giliran siswa SD. Dievaluasi lagi, dua bulan kok masih hijau, baru anak-anak PAUD-TK masuk sekolah. Tapi untuk tahun ajaran baru, efektif berlaku mulai tanggal 13 Juli 2020,“ terang Mardi.
Sebelumnya, siswa sekolah di semua tingkatan, sudah diliburkan sejak 16 Maret 2020, karena pandemi Covid-19.***