40 Pemanah Tradisional “Gladen Jemparingan Sesarengan”

INSPIRASIANA

Penulis: Sukamto
WONOGIRI | inspirasiline.com

Sekitar 40 pemanah menggelar gladen jemparingan sesarengan (latihan panahan bersama) di Sasana Jemparingan Al Jawi, Desa Baturetno, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Senin (12/10/2020).
SPANDUK slogan jemparingan: “Pamenthanging Gendewa Pamanthenging Cipta.”

LATIHAN jemparingan atau panahan kali ini dihadiri pemanah dari berbagai daerah, seperti Sukoharjo, Wonogiri, Pacitan, Wuryantoro, dan tuan rumah Baturetno.

Pengurus Jemparingan Baturetno, Dedy Yunanta menjelaskan, kegiatan gladi bersama ulah jemparing ini biasanya digelar secara bergilir dan berpindah lokasi. Karena pandemi Covid-19, kegiatan jemparingan bergilir dihentikan sementara. Baru kali ini gladen jemparingan sesarengan digelar dengan jumlah peserta terbatas, demi mematuhi protokol kesehatan.

Menurut Dedy, kegiatan jemparingan bertujuan untuk menciptakan kebugaran fisik, mengasah keterampilan, dan menciptakan ketenangan jiwa, sesuai slogan “Pamenthanging Gendewa Pamanthenging Cipta.”

Ketika inspirasiline.com datang di tempat latihan, para peserta telah siap di lapangan panahan Sasana Al Jawi. Mereka mengenakan busana kejawen lengkap, gaya Surakarta, Jogjakarta, dan ada pula yang berkostum Ponoragan. Masing-masing peserta siap dengan gendewa, lengkap dengan anak panah yang bentuk, warna cat, dan medelnya beragam.

Menurut informasi, gendewa lengkap dengan anak panah dibeli dari Solo seharga Rp 1-2 juta.

PENGURUS Jemparingan Baturetno, Dedy Yunanta (berkacamata) bersiap melakukan bidikan ke lesan atau sasaran.

Model Tradisional
Jemparingan yang kali ini diperagakan adalah model jemparingan tradisional, dengan aturan permainan masing-masing peserta memanah 80 kali secara bergilir. Jarak pemanah dengan lesan (sasaran panah) 30 meter.

Peserta disyaratkan memanah atau membidik dalam posisi duduk bersila, membidik lesan berbentuk seperti tubuh manusia yang digantung dan diikat dengan kawat. Ukuran lesan sebesar lengan, dibagi tiga bagian, polo (kepala), jonggo (gulu/leher), dan awak (badan).

Anak panah yang berhasil menancap di polo mendapat nilai 3, di jonggo (2), dan yang menancap di awak diberi nilai 1. Selesai memanah, secara bersama-sama, para pemanah mengambil jemparing masing-masing di papan lesan.

Pada kegiatan jemparingan ini, kepada pemanah yang busur panahnya menancap di lesan, disediakan hadiah berupa roti, makanan kecil, minuman, aneka sabun, dan sebagainya.

PARA pemanah tradisional dari berbagai daerah memasuki lapangan panahan Sasana Jemparingan Al Jawi.

Generasi Penerus
Dedy Yunanta menerangkan, kegiatan jemparingan atau panahan di Baturetno telah ada sejak dulu. Setelah para pendahulu tiada, kemudian dilanjutkan oleh generasi penerus dengan nama Jemparingan Al Jawi.

Kegiatan jemparingan di Baturetno ada beberapa kelompok tingkatan: anak-anak (pemula), remaja, dan kelompok sepuh. Untuk tingkat remaja dan sepuh dipimpin Dedy Yunarta, Amrul Arafat, dan Heru Suwondo. Sedang kelompok anak-anak (kelompok SD) dipimpin Jamari.

Kini, Baturetno memiliki banyak pemanah tingkat anak-anak, remaja, dan umum.

Pemanah dari Kota Sate ini sering mengikuti kejuaraan panahan, baik tingkat lokal, kabupaten, provinsi, bahkan nasional, yang hasilnya cukup menggembirakan.***

Bagikan ke:

1 thought on “40 Pemanah Tradisional “Gladen Jemparingan Sesarengan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *